MEJA KAYU
Aku terbangun,
kulihat di sekelilingku ada banyak sekali hiasan dinding, meja, kursi, dan
papan tulis kecil. Saat aku ingin keluar dari ruangan itu, ku balikan tubuhku.
Ada seorang anak kecil. Berambut panjang dan berkulit putih. Ku hampiri dia.
“Kau..”
Aku terkejut.
Dia ada disini? Tapi bagaimana mungkin?
“Bagaimana kau
ada disini?”
“Kakak, aku
rindu.”
Ku meneteskan
air mata. Aku bahagia, sedih, terharu. Tapi aku masih tidak menyangka. Hati ini
bagaikan ada beribu-ribu kupu-kupu yang berterbangan. Aku memeluknya. Adik
kesayangan aku.
“Kakak, bantuin
aku nulis ya.”
Aku menganggukan
kepala. Aku mulai membantunya menulis, membaca, sampai menghitung. Ku lihat
wajahnya mulai pucat.
“Kau baik-baik
saja?”
“Ya, aku
baik-baik saja.”
Kulihat dia
sedang menghias sebuah meja. Meja itu terbuat dari kayu. Ukurannya tidaklah
kecil tapi juga tidak terlalu besar.
“Apa yang kau
lakukan?”
“Kakak suka?”
“Iya, aku suka.
Meja ini indah.”
“Ini untuk
kakak.”
“Sungguh?”
Dia mengangguk.
Ku terima meja itu dan aku tersenyum. Ku peluk tubuhnya dengan erat. Tiba-tiba
kurasakan tubuhnya lemas. Kulepaskan pelukanku dan dia jatuh kelantai.
“Adik, kau
baik-baik saja?”
“Sadarlah. Ada
apa denganmu?”
Aku berlari
keluar ruangan. Mencoba mencari bantuan. Tapi tiba-tiba aku terjatuh dan aku
merasakan gelap.
“Bangunlah.
Sudah pagi.”
Aku terbangun.
Kulihat ibu disebelah ranjang tidurku. Ku lihat sekelilingku. Tidak ada hiasan
dinding, tidak ada meja, tidak ada kursi dan tidak ada papan tulis kecil.
“Ibu tunggu kau
dimeja makan.”
Ibu keluar dari
kamarku. Aku turun dari ranjang tidurku dan menengok bawah ranjang tidurku. Ku
temukan meja kayu itu. Meja yang terbuat dari kayu dengan hiasan kupu-kupu dan
bunga.
“Meja ini.
Hampir 2 tahun aku menyimpannya dibawah sini. Aku merindukanmu. Aku sungguh
merindukanmu.”
Ku letakkan
kepalaku diatas meja itu. Tanpa kusadari, air mataku mengalir.
“Aku rindu kau
adik kesayanganku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar