Powered By Blogger

Kamis, 09 April 2015

MEJA KAYU



MEJA KAYU

Aku terbangun, kulihat di sekelilingku ada banyak sekali hiasan dinding, meja, kursi, dan papan tulis kecil. Saat aku ingin keluar dari ruangan itu, ku balikan tubuhku. Ada seorang anak kecil. Berambut panjang dan berkulit putih. Ku hampiri dia.
“Kau..”
Aku terkejut. Dia ada disini? Tapi bagaimana mungkin?
“Bagaimana kau ada disini?”
“Kakak, aku rindu.”
Ku meneteskan air mata. Aku bahagia, sedih, terharu. Tapi aku masih tidak menyangka. Hati ini bagaikan ada beribu-ribu kupu-kupu yang berterbangan. Aku memeluknya. Adik kesayangan aku.
“Kakak, bantuin aku nulis ya.”
Aku menganggukan kepala. Aku mulai membantunya menulis, membaca, sampai menghitung. Ku lihat wajahnya mulai pucat.
“Kau baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja.”
Kulihat dia sedang menghias sebuah meja. Meja itu terbuat dari kayu. Ukurannya tidaklah kecil tapi juga tidak terlalu besar.
“Apa yang kau lakukan?”
“Kakak suka?”
“Iya, aku suka. Meja ini indah.”
“Ini untuk kakak.”
“Sungguh?”
Dia mengangguk. Ku terima meja itu dan aku tersenyum. Ku peluk tubuhnya dengan erat. Tiba-tiba kurasakan tubuhnya lemas. Kulepaskan pelukanku dan dia jatuh kelantai.
“Adik, kau baik-baik saja?”
“Sadarlah. Ada apa denganmu?”
Aku berlari keluar ruangan. Mencoba mencari bantuan. Tapi tiba-tiba aku terjatuh dan aku merasakan gelap.
“Bangunlah. Sudah pagi.”
Aku terbangun. Kulihat ibu disebelah ranjang tidurku. Ku lihat sekelilingku. Tidak ada hiasan dinding, tidak ada meja, tidak ada kursi dan tidak ada papan tulis kecil.
“Ibu tunggu kau dimeja makan.”
Ibu keluar dari kamarku. Aku turun dari ranjang tidurku dan menengok bawah ranjang tidurku. Ku temukan meja kayu itu. Meja yang terbuat dari kayu dengan hiasan kupu-kupu dan bunga.
“Meja ini. Hampir 2 tahun aku menyimpannya dibawah sini. Aku merindukanmu. Aku sungguh merindukanmu.”
Ku letakkan kepalaku diatas meja itu. Tanpa kusadari, air mataku mengalir.
“Aku rindu kau adik kesayanganku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar